"Dunia berjalan ke belakang dan akhirat berjalan ke depan. Keduanya memiliki pengikut. Jadilah pengikut akhirat dan jangan menjadi pengikut dunia. Sebab, hari ini adalah amal dan bukan hisab, sedangkan besok adalah hisab dan tidak ada amal."

Senin, 27 Februari 2012

Dengki_3

Faktor-faktor yang mendukung Sikap Dengki

1. Permusuhan dan kebencian
Sebab sesungguhnya orang yang disakiti oleh orang lain karena suatu hal, akan menimbulkan ketidak sukaan dalam hatinya, maka lahirlah di dalam dirinya kedengkian.
Kemudian kedengkian itu akan menimbulkan sikap balas dendam, yaitu jika orang yang tidak disukainya tertimpa suatu musibah maka ia akan merasa senang, dan sebaliknya jika orang yang tidak ia sukai itu mendapatkan kebahagiaan maka ia bersedih. Jadi kedengkian sudah pasti menimbulkan permusuhan karena keduanya itu tidak bisa dipisahkan. Adapun tujuan dari suatu ketaqwaan adalah tidak melakukan perbuatan aniaya, karena ia pun tidak suka jika hal itu menimpa dirinya, sebab orang yang membenci orang lain, maka sama saja kebahagiaan atau kedukaan orang lain itu baginya, maka tidak mungkin ia melakukannya.
2. Kesombongan
Yaitu jika orang-orang yang sederajat dengannya mendapatkan harta ataupun tahta lalu timbul di dalam dirinya rasa takut jika mereka bersikap sombong terhadap-nya, yang mana kesombongan mereka itu akan amat menyakitinya, atau mungkin pula yang mendapatkan harta atau tahta itu adalah orang-orang bawahannya, hingga ia tak sanggup menerima kenyataan itu. Kedeng-kian orang-orang kafir terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah kedengkian semacam ini, yaitu kedengkian yang disebabkan oleh kesombongan. Sebagaimana yang disebut-kan dalam Firman Allah:
“Dan mereka berkata: ‘Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar di antara salah satu dari dua negeri (Mekah dan Thaif) ini’.”
(Az-Zukhruf: 31), juga Firman Allah tentang orang-orang yang beriman:
“Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka”
(Al-An'am: 53), dalam ayat lain Allah berfirman:
“Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami.” (Yasin: 15), juga Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang meru-gi.” (Al-Mu'minun: 34)
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang kafir itu sombong dengan tidak mengakui kerasulan yang datang dari manusia biasa seperti mereka, maka mereka dengki terhadap para Rasul Allah.
3. Mencintai Kepemimpinan dan Ketenaran
Adapun yang dimaksud dengan mencintai kepemim-pinan dan ketenaran, contohnya adalah orang yang menghendaki agar tidak ada orang yang mampu menandinginya dalam suatu jenis disiplin ilmu umpamanya. Ia tidak mau ada orang lain yang melebihinya dalam mendapat sanjungan, ia akan senang bila pujian itu hanya miliknya, yaitu dengan menjadi satu-satunya bintang pada masanya. Jika ia mendengar tentang seseorang yang dapat melebihinya sehingga terdengar di seantero jagat, maka timbul kedengkian dalam dirinya dengan harapan bahwa saingannya itu akan mati atau nikmat yang ada padanya akan hilang, baik yang berupa ilmu, keberanian, ibadah, kekayaan.
ataupun lain-lainnya, hal itu semua timbul karena ia ingin memimpin, tidak mau terkalahkan.
Para ulama Yahudi mengingkari kerasulan Nabi Muhammad n, mereka tidak mau beriman terhadap apa yang beliau bahwa dikarenakan mereka takut akan kehilangan kepemimpinan mereka terhadap umat Yahudi.
4. Keburukan dan Kekikiran Jiwa
Yang dimaksud dengan jiwa yang keji dan kikir terhadap hamba-hamba Allah adalah, sebagaimana yang anda temukan dalam kehidupan, bahwa ada sebagian manusia yang tidak menyibukkan dirinya dengan kekua-saan dan juga tidak sombong, akan tetapi jika diceritakan kepadanya tentang kebaikan kondisi salah seorang hamba Allah Ta’ala karena nikmat yang dianugerahkan kepadanya, maka akan terasa sesak olehnya, dan bila diceritakan kepadanya tentang penderitaan yang dialami oleh seseorang maka berita itu akan menggembirakan hatinya. Dengan demikian ia adalah manusia yang kikir dengan nikmat Allah yang Allah berikan kepadanya, seakan-akan nikmat itu diambil dari lemarinya dan seakan-akan nikmat itu adalah miliknya.
Seorang ulama berkata: al-bakhil, ialah orang yang kikir terhadap hartanya sendiri, sedang asy-syahih, ialah orang yang kikir terhadap harta orang lain. Orang yang kikir dengan nikmat Allah yang telah Allah karuniakan kepada hamba-hambaNya, yang mana tidak ada permusuhan maupun ikatan antara yang diberi karunia itu dengan dirinya, kekikiran ini tidak ada penyebabnya kecuali timbul dari keburukan jiwa dan perangai. Sulit untuk mengobati penyakit kekikiran ini, karena penyakit tersebut tidak memiliki penyebab yang dapat diketahui sehingga sulit untuk dihilangkan.
Banyaknya kedengkian di tengah kehidupan manu-sia yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah kami sebutkan di atas, kebanyakkan kedengkian itu terjadi di antara kawan, antara saudara, antara keponakan, dan penyebab kedengkian itu adalah karena terdapatnya perbedaan meksud dan tujuan hingga menimbulkan permusuhan dan saling membenci.


Buah Kedengkian
Sesungguhnya kemarahan itu jika harus ditahan, maka tidak mungkin akan hilang dalam satu saat, sehingga kemarahan itu akan kembali ke dalam hati dan berdiam di dalamnya, lalu berubah menjadi dengki. Sedangkan pengertian dengki adalah, perasaan berat di hati yang disertai dengan kebencian dan keinginan untuk terlepas darinya, yang mana hal itu terus berlanjut. Dengan demikian dengki adalah buah dari kemarahan.
Kedengkian itu sendiri akan membuahkan delapan perkara, yaitu:
1. Timbulnya keinginan atau harapan agar nikmat yang ada pada seseorang itu hilang, dengan demikian jika nikmat itu hilang dari diri seseorang maka anda akan berbahagia, sebaliknya jika nikmat itu tetap pada diri orang itu maka anda akan bersedih. Sikap seperti ini adalah salah satu perangai buruk orang-orang munafik.
2. Akan bertambah besarnya kedengkian yang telah melekat dalam hati, dengan demikian anda akan merasa senang dengan musibah yang menimpa orang dimaksud.
3. Anda tidak akan menegurnya, menghindarinya dan memutuskan hubungan dengannya, walaupun ia mengundangmu dan menghampirimu.
4. Anda akan memalingkan wajah darinya sebagai ungkap-an untuk merendahkannya.
Oleh karena itu anda sering dapatkan seorang berilmu dengki kepada orang berilmu lainnya tapi tidak dengki kepada orang yang tekun beribadah. Orang yang tekun beribadah dengki kepada orang yang tekun beribadah lainnya tapi tidak dengki kepada orang yang berilmu. Pedagang dengki kepada pedagang lainnya, tukang sepatu dengki kepada tukang sepatu lainnya, namun tidak dengki kepada tukang kain kecuali ada sebab lain. Hal ini terjadi karena tujuan setiap profesi mereka tidak sama dengan tujuan yang lainnya.
Maka sumber permusuhan itu adalah adanya saling mendesak untuk mencapai tujuan yang sama, sementara tujuan yang sama itu tidak bisa memadukan dua kelompok yang saling berjauhan, karena tidak ada ikatan antara kedua orang di tempat yang berbeda. Dan sikap saling mendengki tidak akan terjadi di antara mereka berdua kecuali jika salah satu dari kedua orang itu memiliki ambisi yang amat besar untuk mendapat ketenaran, karena sesungguhnya dengki timbul dalam diri seseorang kepada orang yang dapat menyainginya dalam suatu bidang yang ia banggakan.
Sumber dari semua itu adalah cinta kepada kese-nangan duniawi, karena kesenangan duniawi adalah menyempitkan dua orang yang saling memperebutkannya, sedangkan kesenangan akhirat tidak ada kesempitan bagi mereka yang ingin mendapatkannya. Sifat dengki itu sungguh tercela, karena merupakan watak yang buruk, kadang tertuju pada kerabat bahkan teman-teman sepergaulan, maka tentu saja berlepas diri darinya adalah suatu kemuliaan, dan keterlepasan darinya adalah suatu kemenangan betapa tidak, kedengkian itu jelas-jelas membahakan diri sendiri, namun terus saja dilakukan, sebab sangat mungkin kedengkian itu akan mendatangkan kebinasaan bagi orang yang mendengki tanpa adanya kerugian sedikitpun pada orang yang didengki.
Perlu diketahui bahwa sebesar kenikmatan yang didapati oleh seseorang maka sebesar itu pula ukuran kedengkian manusia padanya, jika kenikmatan itu banyak maka akan besar pula kedengkian manusia kepadanya. begitu pula sebaliknya, jika kenikmatan itu sedikit maka akan kecil pula kedengkian manusia kepadanya, karena tampilnya keutamaan akan mengundang timbulnya kedengkian orang lain dan terjadinya kenikmatan akan melipatkan kedukaan orang lain.
1. Anda berkata-kata tentang orang yang anda dengki dengan perkataan yang dilarang, yaitu berupa kebo-hongan, gunjingan, penyebaran rahasia, menghasut dan lain-lainnya.
2. Anda menceritakan tentang orang yang anda dengki kepada orang lain untuk menghinanya dan merendahkan-nya.
3. Anda akan menyakiti orang yang anda dengki dengan memukulnya atau perbuatan lain yang menyakiti badannya.
4. Anda menghalanginya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, seperti membayar hutang, silahturrahmi, membela diri dan lain-lain, yang mana semua perbuatan itu adalah haram.
Hendaknya anda memelihara diri agar terhindar dari delapan hal yang telah disebutkan ini, dan jangan sampai anda terjebak ke dalam perbuatan maksiat terhadap Allah karenanya, akan tetapi membiarkannya terasa berat di dalam hati namun tidak membiarkan hati anda membencinya, sehingga hal itu menghalangi anda untuk bersikap santun, lemah lembut, membantu keperluannya, duduk bersamanya dalam rangka dzkrullah dan saling menolong dalam hal yang bermanfaat baginya. Atau setidaknya, anda tidak mendoakan untuknya, tidak memujinya, tidak berkomentar terhadap kebaikannya. Walaupun semua ini akan mengurangi derajat keagama-an anda, dan melewatkan anugerah yang agung serta pahala yang besar, namun tidak menjerumuskan anda kepada adzab Allah.



Ganjaran bagi orang yang dengki
Sesungguhya barangsiapa yang memperhatikan Al-Qur'an, maka ia akan menemukan di dalamnya ayat yang menerangkan akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang berbuat zhalim dan dengki serta akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana dalam kisah Habil dan Qabil, juga kisah Yusuf bersama saudara-saudaranya. Di samping itu, ia juga akan menemu-kan keterangan-keterangan tentang sifat-sifat para da'i yang jujur dan ikhlash dalam da'wah mereka, juga tentang orang-orang yang hatinya bersih dari sifat iri dan dengki, sebagaimana dalam kisah se-orang pria yang berkata setelah dibunuh oleh kaumnya:
“Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Rabbku memberikan ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Yasin: 26-27)
Tidak ada perbuatan jahat yang lebih berbahaya dari pada dengki, karena orang yang dengki akan mendapatkan lima keburukan sebelum sampainya sesuatu yang dibenci kepada orang yang didengkinya, yaitu:
1. Kedukaan yang terus menerus.
2. Musibah yang tidak mendapatkan pahala.
3. Kehinaan yang tidak terpuji.
4. Murka Allah kepadanya.
5. Tertutup baginya pintu-pintu petunjuk.
“Musuh-musuhmu tidak akan mati, melainkan mereka akan kekal hingga melihat kedukaan pada dirimu.
orang yang didengki tidak akan tergelincir dari nik-matnya, karena kesempurnaan itu pada orang yang didengki.”


Sikap Muslim terhadap orang yang mendengkinya
Penjelasan tentang hal ini telah Allah terangkan dalam firmanNya:
“dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134)
Para ahlul ilmi mengatakan: Menurut ayat ini, ada tiga tahapan dalam menyikapi dengki; sikap pemula, sikap pertengahan dan sikap untuk memperolah kebaikan, yaitu:
Pertama: Barangsiapa yang diperlakukan tidak baik, maka hendaklah ia menahan diri. Sikap ini adalah tahapan yang paling rendah, maka ia harus menahan amarahnya tanpa disertai dendam.
Kedua: yang lebih baik dari menahan marah adalah memaafkan kesalahan orang lain, dengan mengharap kebaikan dari Allah Ta'ala, yang mana sikap ini timbul dari kesucian jiwanya.
Ketiga: melakukan apa yang Allah sukai yaitu kebajikan dengan bersikap baik terhadap orang yang dengki dalam bentuk silaturrahim, mengunjunginya, menghormati-nya atau memberinya hadiah.
Di samping itu seorang Muslim juga memiliki sikap-sikap lainnya dalam menghadapi kedengkian orang-orang yang mendengkinya, yaitu:
1. Mengembalikan segala urusan kepada Allah Ta'ala dan taubat dari segala perbuatan dosa, karena sesung-guhnya perlakuan orang-orang yang tidak menyukainya terhadap dia, adalah karena dosa-dosa yang ia perbuat, Allah Ta'ala berfirman:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (Asy-Syura: 30)
2. Bertawakal kepada Allah karena sesungguhnya
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupi keperluannya. Tawakal adalah faktor yang paling kuat untuk melindungi seorang hamba dari sesuatu yang tidak mampu ia cegah, yang berupa penganiayaan dan kezhaliman manusia, Allah berfirman:
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaq: 3)
3. Memohon perlindungan kepada Allah serta membaca do'a-do'a dan zikir-zikir yang disyari'atkan, karena Allah Ta'ala telah memerintahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk berlindung kepada Allah dari kejahatan orang yang dengki ketika ia mendengki.
4. Merendahkan diri dihadapan Allah dengan disertai permohonan agar Allah menjaga dan memelihara anda dari kejahatan musuh-musuh anda dan orang-orang yang mendengki anda.
5. Bersikap adil kepada orang yang mendengki anda dan tidak berbuat buruk terhadapnya untuk membalas keburukannya, tetap memenuhi hak-haknya serta tidak berbuat aniaya terhadapnya karena perbu-atannya.
6. Berbuat baik kepadanya, dan jika semakin besar kejahatan dan kedengkiannya maka semakin baik anda kepadanya, dengan demikian sikap anda terhadapnya adalah nasihat untuknya.
7. Bersikap kasih sayang kepadanya, mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepadanya dan menjaga anda dari kejahatannya.
“Setiap permusuhan kadang bisa diharapakann ber-henti,
kecuali permusuhan yang berasal dari kedengki-an.”
Share