"Dunia berjalan ke belakang dan akhirat berjalan ke depan. Keduanya memiliki pengikut. Jadilah pengikut akhirat dan jangan menjadi pengikut dunia. Sebab, hari ini adalah amal dan bukan hisab, sedangkan besok adalah hisab dan tidak ada amal."

Jumat, 01 April 2011

energi cinta

energi cinta
oleh: ustadz Abu Umar Basyir

Cinta memiliki energi? Ya. Karena cinta itu diciptakan oleh Allah, untuk makhluk yang hidup dan berkembang. Maka cintapun selalu hidup dalam dada manusia. Cinta itu tumbuh dan berkembang, bereksplorasi, membangun diri. Dan semua itu tak mungkin, bila cinta tak memiliki energi.

Lalu, apa makna energi cinta?

Bagaimana pula agar energi itu berarus positif?

Bagaimana energi itu bisa terus berkembang, dan menjadi ruh kehidupan yang sesungguhnya?

Bila manusia memiliki cinta dengan segala kesejatian, bersiap-siaplah menjadi pribadi yang sarat dengan keajaiban.

Cinta Berenergi Positif

Ibnul Qayyim mengungkapkan,

“Apabila jiwa itu merasa masygul (sibuk) karena memikirkan orang yang dicintai atau karena sesuatu yang tidak disukai atau dikhawatirkan, maka seseorang akan kehilangan selera untuk makan dan minum.

Bahkan ia tidak merasa lapar dan haus, juga tidak merasa kedinginan atau kepanasan.

Dan bahkan tidak sempat lagi merasakan rasa sakit yang bagaimanapun dahsyatnya.

Ia tidak merasakannya lagi sama sekali. Setiap orang pasti yang dilanda cinta pernah merasakan hal semacam itu.”

Itulah energi cinta, yang melahirkan kekuatan, semangat dan penyulut gerak dalam dimensi yang tak lagi dapat dinalar dengan logika.

Seperti kisah-kasih sepasang manusia yang saling merindukan, di mana masing-masing bisa membangun kekuatan luar biasa, demi menggapai kebahagiaan berjumpa dengan yang dikasihi. Demi mendapatkan cintanya. Ada demi kebahagiaan pasangannya, meski dirinya sendiri hidup menderita.

Tapi, benarkah energi seperti itu secara mutlak dapat memberi kekuatan sejati?

Tidak. Tidak selamanya demikian.

Cinta yang didasari kecintaan terhadap sesuatu yang fana, akan menciptakan kekuatan dan semangat yang juga fana.

Cinta yang didasari oleh nafsu, atau dilakukan dengan melanggar kebenaran Ilahi, akan melahirkan kekuatan yang bermuatan destruktif, merusak. Ia akan menjadi ibarat candu, yang terlihat bagus, bermanfaat dan memberi segala kekuatan. Tapi sesungguhnya justru membuat manusia semakin lemah dan lemah. Itulah sebabnya, Allah membebaskan Nabi Yusuf, dari pengaruh cinta yang negatif seperti itu,

“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba -hamba kami yang ikhlas…” (Qs. Yusuf : 24)

Bila cinta itu adalah cinta yang mubah, meski hanya sesama manusia, seperti cinta suami terhadap isterinya, atau sebaliknya, pasti akan memberi pengaruh yang positif dan hakiki.

“ Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya…” (Al-A’raaf : 189)

“Pokok-pokok iman yang paling kuat adalah Anda mencintai siapapun karena Allah dan membenci siapapun karena Allah.”

Mencharger Energi Cinta

Seperti halnya segala sumber energi di dunia ini, tak ada yang bersifat abadi. Kalaupun ada yang bertahan lama, harus selalu disuply kekuatan baru melalui kekhasan di dimensinya masing-masing

Bila baterai HP Anda perlu dicharge secara berkala, maka demikian pula energi cinta. Ia perlu dicharge sesuai dengan jenisnya. Cinta yang murni, yang didasari iman, harus dicharge dengan penyuplai energi iman, yaitu dzikir dan ibadah.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Al-Anfaal : 3)

Teman-teman sekalian. Betapa seringnya sebagian kita mengalami krisis energi cinta terhadap kebaikan.

Banyak di antara kita yang sering kehilangan selera beribadah. Malas shalat berjama’ah. Malas membaca Al-Quran. Malas mengaji. Malas berdzikir. Malas membantu teman yang membutuhkan. Bahkan malas membantu orang tua. Malas menjalani hidup, dan malas menatap masa depan.

Saat itu, kecintaan kita terhadap kebaikan, harus lebih banyak dicharge. Lalu, waspadai penggunaan cinta secara berlebihan, saat semangat sedang menggebu-gebu. Karena cinta itu bisa kehilangan sebagian besar dari energinya, sehingga terjadilah apa yang disebut dengan futuur. Yaitu mengendornya semangat melakukan kebaikan. Salah satu penyebab futuur yang utama adalah: memaksakan diri melakukan kebaikan atau ibadah, atau berlebihan dalam melakukannya.

Lakukanlah segala kebaikan secara nornal, konsisten, meski tak banyak jumlahnya. Charge terus energi cinta Anda terhadap segala kebaikan yang disukai dan diridhai oleh Allah. Maka, Anda akan menjadi manusia dengan kekuatan cinta yang penuh keajaiban.
Anda mungkin menganggap diri Anda kecil. Tapi dunia akan memandang Anda dengan terperangah. Seribu satu kebaikan dunia dan akhiratpun menanti Anda.Share